Categories
Artikel

Mereka Yang Terdampak BANGGA Papua

Matahari mulai terik di sebuah titik di Madi, salah satu kota paling ramai di kabupaten Paniai. Kota kecil ini dipagari bukit di satu sisi dan hamparan tanah lapang yang luas di satu sisi. Udara sejuk khas daerah pegunungan di atas 1.600 mdpl bersatu dengan hangatnya matahari pagi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08:00 WIT lebih. Kegiatan di komplek perkantoran pemerintah sekitar kantor bupati Paniai mulai hidup. Orang berlalu lalang di jalan, beberapa warga berkumpul di depan beberapa kantor yang menggelar layanan untuk warganya.

Di sebuah kantor tepat di samping kantor BKKBD tidak jauh dari kantor bupati Paniai, beberapa orang juga berkumpul. Sebagian besarnya adalah perempuan. Mereka berpakaian rapi, kemeja batik dengan motif Papua. Bertukar sapa dalam bahasa daerah Mee dan Moni, dua suku terbesar di Paniai.

Perempuan-perempuan itu adalah peserta workshop monitoring komunikasi untuk Sekber BANGGA Papua kabupaten Paniai. Mereka datang dari beberapa latar belakang, tapi didominasi oleh kader Posyandu dan bidan Puskesmas. Ada yang datang dari kampung di sekitar Madi dan Enarotali, tapi ada juga yang datang dari distrik Obano, distrik di seberang danau Paniai yang harus ditempuh dengan speed boat melintasi danau yang dingin. Salah satunya adalah Alfrida Pigai, perempuan berambut pendek yang sehari-harinya bertugas sebagai kader Posyandu di distrik Obano.

Suasana pencairan dana di Paniai

Alfrida adalah satu dari 40an peserta workshop hari itu. Dia memang bukan anggota Sekretariat Bersama BANGGA Papua kabupaten Paniai, tapi oleh Sekber Paniai tenaganya sangat dibutuhkan. Alfrida, dan teman-temannya sesama kader Posyandu menjadi garda terdepan yang membantu Sekber Paniai mengumpulkan data calon penerima manfaat BANGGA Papua dan sekaligus mensosialisasikan program tersebut di tingkat kampung.

Sebelumnya, Alfrida sudah pernah mengikuti pelatihan komunikasi yang digelar BaKTI, mitra dari program BANGGA Papua. Pelatihan itu digelar di Madi bulan Mei 2019. Saat itu untuk pertamakalinya, Alfrida dan rekan-rekan kader Posyandu dan tenaga kesehatan di kampung lainnya secara resmi diajak bergabung dengan BANGGA Papua. Menjadi bagian dari program yang punya tujuan meningkatkan dan menjaga gizi anak-anak asli Papua. Tujuan yang sama dengan apa yang mereka kerjakan sehari-hari sebagai tenaga kesehatan.

Dimulai di Jayapura

Sejak Maret 2018, BaKTI yang diserahi mandat untuk mengadakan pelatihan komunikasi di program BANGGA Papua sudah menggelar 18 pelatihan. Baik yang berbentuk workshop maupun training of trainer. Pelatihan ini digelar di tingkat provinsi sampai di tingkat kabupaten, di tiga kabupaten pilot project BANGGA Papua.

Untuk tingkat provinsi, BaKTI sudah menggelar 5 kali pelatihan komunikasi, dimulai dari Maret 2018. Pelatihan pertama digelar tanggal 27-28 Maret bertempat di kantor Sekber BANGGA Papua provinsi Papua dan Hotel Horison. Inilah untuk pertama kalinya anggota Sekber provinsi diperkenalkan pada teknik komunikasi persuasif. Peserta diharapkan tidak hanya memberikan informasi terkait program kepada calon penerima manfaat atau pemangku kebijakan lainnya, tapi sekaligus memberikan pemahaman mendalam tentang program.

Pelatihan di tingkat provinsi itu kemudian dilanjutkan dengan pelatihan yang sama di tiga kabupaten pilot project. Asmat menjadi kabupaten pertama yang menggelar pelatihan komunikasi. Bertempat di Agats, ibukota Asmat pelatihan digelar tanggal 3 sampai 6 April 2018. Selanjutnya pelatihan digelar di Tiom, ibukota Lanny Jaya tanggal 17-19 April 2018. Rangkaian pelatihan ini kemudian berakhir di Paniai tanggal 23-26 April 2018.

Rangkaian pelatihan komunikasi persuasif ini jadi hal baru buat anggota Sekber provinsi maupun ketiga kabupaten. Sebagian dari mereka sebenarnya sudah biasa melakukan sosialisasi program karena mereka sebelumnya juga aktif di program lain. Namun, mereka baru sadar kalau ternyata yang mereka lakukan selama ini baru sekadar memberikan informasi, belum sampai pada tahap memberikan pemahaman soal program.

Suasana pelatihan komunikasi di Jayapura, Maret 2018

“Selama ini saya kira saya sudah biasa melakukan sosialisasi, tapi ternyata setelah ikut pelatihan ini saya jadi merasa dapat ilmu baru,” kata Daryono, anggota Sekber provinsi yang sekaligus juga koordinator wilayah untuk kabupaten Asmat. Staff pada Dinas Sosial ini juga salah satu yang aktif dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Papua. Tidak heran kalau dia merasa dia sudah terbiasa melakukan sosialisasi.

Komentar seperti yang diucapkan oleh pak Daryono juga muncul di tingkat kabupaten. Ketika pelatihan digelar, banyak peserta yang mengaku mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana berkomunikasi dengan menambahkan unsur persuasi. Bukan sekadar memberi informasi. Pelatihan yang digelar di Jayapura dan tiga kabupaten pilot project selama April 2018 hanya awal. Selanjutnya berbagai pelatihan dan pendampingan dalam bentuk workshop maupun diskusi digelar sepanjang 2018 hingga 2019.

Memberdayakan Perempuan Papua.

Sampai September 2019, BaKTI sudah melatih 298 orang dalam 18 pelatihan. Dari jumlah itu, peserta laki-laki sebanyak 175 orang atau 58,72% dari total peserta, dan 123 orang perempuan atau 41,27% total peserta. Perbandingan antara peserta laki-laki dan perempuan memang belum berimbang, namun dari jumlah tersebut bisa dilihat kalau perbedaannya tidak terlalu mencolok.

Awalnya, peserta pelatihan memang lebih banyak laki-laki. Tidak bisa disangkal bila anggota Sekber provinsi maupun kabupaten memang didominasi oleh laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah perempuan yang terlibat dalam program ini semakin bertambah. Apalagi ketika Sekber kabupaten mulai menggandeng mitra lain seperti kader Posyandu, bidan desa maupun petugas kesehatan lainnya. Mereka yang digandeng ini kebanyakan adalah perempuan dan bersentuhan langsung dengan akar rumput atau calon penerima manfaat.

Tren meningkatnya jumlah peserta perempuan ini mulai meningkat di akhir tahun 2018. Utamanya di kabupaten Paniai dan Lanny Jaya. Asmat sendiri dari awal memang punya komposisi peserta perempuan dan laki-laki yang nyaris seimbang, tapi tidak dengan Paniai dan Lanny Jaya. Awalnya, peserta pelatihan komunikasi dari kedua kabupaten itu didominasi laki-laki, namun belakangan jumlah perempuan terus bertambah seiring dengan makin banyaknya mitra yang digandeng oleh Sekber Paniai dan Lanny Jaya.

Paniai akhirnya menjadi kabupaten yang paling banyak menyumbangkan peserta perempuan. Sampai September 2019, sudah ada 42 perempuan dari Paniai yang ikut serta dalam pelatihan komunikasi. Disusul oleh kabupaten Asmat dengan 33 orang perempuan yang sudah pernah ikut pelatihan komunikasi. Lanny Jaya menyumbangkan angka 20 orang perempuan.

Hal lain yang menarik dari data yang dihimpun terkait pelatihan komunikasi yang digelar BaKTI adalah, 74% dari peserta perempuan yang ikut pelatihan berasal dari etnis Papua. Jumlah tersebut tentu saja sangat dominan bila dibandingkan 26% peserta perempuan dari etnis non Papua. Statistik ini sangat menggembirakan, karena ini berarti ada banyak perempuan Papua yang mendapatkan penguatan kapasitas dan penambahan pengetahuan dari berbagai pelatihan yang digelar BaKTI.

Pelayanan kesehatan di Asmat saat pencairan dana

“Kami senang sekali ikut pelatihan seperti ini. Kami yang tinggal di pedalaman seperti ini senang sekali karena ibu-bapak mau datang ke tempat kami dan melatih kami,” kata Peli Manimbo, seorang kader Posyandu dari Lanny Jaya yang juga peserta pelatihan komunikasi di Lanny Jaya, Juli 2019.

Ucapan itu sebagai tanda syukur bahwa meskipun mereka tinggal di daerah yang susah dijangkau, namun mereka tetap mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan. Ilmu yang mereka dapat bukan hanya digunakan untuk program BANGGA Papua saja, tapi juga bisa mereka gunakan untuk mendukung pekerjaan mereka sehari-hari.

Hal tersebut dibenarkan oleh Eli Yogi, ketua Sekber Paniai. “Apa yang teman-teman dapat dari semua pelatihan yang sudah dilakukan, bisa dipakai di mana saja. Bukan cuma di program BANGGA Papua,” katanya. Eli Yogi termasuk salah satu orang yang sangat bersemangat mendukung semua pelatihan yang digelar mitra program BANGGA Papua. Dia sadar betul, semua peningkatan kapasitas itu memberi banyak pengetahuan baru untuk orang-orang Sekber dan meningkatkan kualitas mereka.

“Saya melihat betul, bagaimana teman-teman yang Orang Asli Papua ini meningkat pengetahuan dan kualitasnya setelah mengikuti pelatihan,” tambahnya lagi.

Jumlah 18 pelatihan yang sudah digelar BaKTI atas dukungan KOMPAK memang masih akan terus bertambah. Sejauh ini beberapa pihak sudah memberikan tanggapan positif atas hasil pelatihan tersebut. Ada peningkatan kapasitas yang terlihat nyata, dan ada juga pola pikir yang berubah. Mengutip perkataan Eli Yogi, bisa disimpulkan kalau BANGGA Papua bukan hanya memberi pengaruh pada ibu dan anak-anak di bawah empat tahun yang jadi sasaran program, tapi juga pada pelaksana program. Setidaknya mereka bisa merasakan ada kualitas yang terus meningkat, dan ada kapasitas dan pengetahuan yang terus bertambah.

Bagikan: