Categories
Artikel

Sharing Session BANGGA Papua

Pelaksanaan program perlindungan sosial kontekstual Papua yang diberi nama BANGGA Papua rupanya sudah menarik banyak perhatian berbagai pihak. BANGGA Papua dengan berbagai keunikannya memang dirasa sangat pas dengan konteks Papua beserta semua tantangannya.

Setelah minggu lalu webinar nasional tentang pelaksanaan BANGGA Papua berhasil dilaksanakan, minggu ini giliran Pemerintah Provinsi Papua Barat yang akan jadi tamu dalam sharing session atau sesi berbagi pengalaman.  Sesi berbagi pengalaman ini tentang implementasi program perlindungan sosial kontekstual Papua yang sudah berjalan sejak akhir 2017 di Provinsi Papua.

Sharing session ini juga akan menghadirkan beberapa mitra pembangunan yang selama ini sudah membantu pelaksanaan BANGGA Papua di Provinsi Papua.

Berikut adalah rekaman kegiatan sharing session tersebut yang telah diunggah ke kanal YouTube BANGGA Papua

Bagikan:
Categories
Artikel

Webinar BANGGA Papua: Bantuan Tunai Menjangkau Tempat Terpencil

Sejak diluncurkan tahun 2017, program BANGGA Papua sebagai program perlindungan sosial bagi OAP, telah mencatatkan beberapa capaian penting. Program yang digelar di tiga kabupaten uji coba ini (Paniai, Asmat, dan Lanny Jaya) adalah salah satu program yang menggunakan dana otonomi khusus.

Tujuan program bukan hanya memberikan dana tunai kepada anak-anak Papua berusia empat tahun ke bawah, tapi juga memberikan pengetahuan kepada mama-mama tentang pentingnya gizi bagi anak mereka, demi generasi emas Papua.

Dalam rentang tiga tahun pelaksanaan program, berbagai capaian sudah berhasil dicatatkan. Mulai dari membantu perbaikan data kependudukan Orang Asli Papua, mendekatkan layanan kesehatan dan perbankan sampai ke daerah terpencil, membantu pergerakan ekonomi lokal, hingga memunculkan kerjasama lintas sektor.

Simak perbincangan tentang pelaksanaan program ini di Provinsi Papua dalam webinar: BANGGA Papua, Bantuan Tunai Menjangkau Tempat Terpencil yang akan dilaksanakan pada: Senin, 16 November 2020 mulai pukul 09:00 WIB.

Bagi yang ingin bergabung, bisa langsung ke tautan: http://tiny.cc/WebinarTalkBanggaPapua atau bisa menyaksikannya secara live di akun YouTube Kata Data Indonesia.

Materi dari webinar tersebut dapat diunduh di tautan ini.

Rekaman dari webinar tersebut bisa disimak di laman berikut ini

Bagikan:
Categories
Artikel

Nama Program Akan Berbeda, Tapi Nama Anak Akan Tetap Ada

Ditulis oleh: Jimmy Yikwa

Jhon Bangga Papua Wenda: itulah sebuah nama anak salah satu penerima manfaat program Bangun Keluarga Dan Generasi Papua Sejahtera, atau disingkat BANGGA PAPUA Untuk Kabupaten Lanny Jaya. Lanny Jaya adalah salah satu kabupaten percobaan selain Kabupaten Paniai dan Asmat.

Tahun 2018 adalah tahun pertama untuk proses pendaftaran Calon Penerima Manfaat (CPM) di Sekretariat Bersama (Sekber) kabupaten Lanny Jaya yang saat itu beroperasi di Wamena,  kabupaten Jayawijaya, Jl. Hom-Hom, kompleks Kios Surya Wamena. Bapak dari pada anak John Bangga Papua Wenda yang bernama Jhonny Wenda  adalah salah satu anggota tim entry data penerima manfaat atau termasuk anggota Sekber juga.

Di tahun pertama berjalannya program, berkas penerima manfaat yang diproses oleh anggota Sekber Lanny Jaya cukup banyak. Data itu berasal dari 354 kampung se Kabupaten Lanny Jaya. Data yang cukup banyak itu memaksa anggota Sekber untuk begadang memilah data, melakukan verifikasi, dan memasukkannya ke dalam sistim. Saat itu, ibu sang anak sedang menunggu masa persalinan di rumah sakit.

Saat sedang berjibaku dengan data di kantor Sekber, sebuah panggilan telepon masuk ke handphone Jhonny. Telepon dari istrinya yang mengabarkan anaknya telah lahir dengan selamat dan berjenis kelamin laki-laki.

“Wa, wa, wa,” begitu kata si bapak. Sebuah kata dalam bahasa Lanny yang menunjukkan rasa syukur dan terima kasih. Saat itu juga si bapak memutuskan untuk memberi nama anaknya Jhon Bangga Papua Wenda.

Pada Akhirnya Kami sebagai teman kerja memberikan ucapan selamat kepadanya atas lahirnya putra kedua itu.

Kamipun bertanya, “Kenapa anak bapak diberi nama sama dengan program BANGGA Papua?”

Si bapak menjawab, “Alasan pertama karena saya sebagai bapaknya sedang bekerja demi generasi emas Papua Kabupaten Lanny Jaya saat ini di sini, dan di momen kesibukan saya dengan program ini, Tuhan memberikan saya anak.  Alasan kedua karena anak saya lahir bersamaan dengan lahirnya program BANGGA Papua lewat ide seorang pemimpin yang bijaksana untuk generasi emas oleh bapak Lukas Enembe, S.IP, M.H.  Sekali lagi Program ini membantu sekali untuk SDM Papua Lebih khusus generasi muda Lanny Jaya agar anak lebih sehat dan pintar lewat minuman dan makanan bergizi  nanti.”

Alasan itulah yang membuat Jhonny Wenda memberi nama BANGGA Papua kepada anaknya. Alasan yang membuat kami kaget, tapi mau tidak mau mengangguk mengakuinya.

Lewat momen ini, si bapak sangat berterima kasih kepada bapak Gubernur Papua, anggota Sekber BANGGA Papua Provinsi Papua, dan mitra pembangunan yang sangat proaktif dalam memberikan pelatihan secara terus menerus kepada anggota Sekber BANGGA Papua Kabupaten Lanny Jaya. Menurutnya, program ini sangat bagus karena selama ini dia sebagai masyakarakat kecil tidak pernah sama sekali memegang uang Otonomi Khusus (Otsus) Papua, tapi sekarang dia bisa langsung mengambilnya sendiri di Bank Papua dan digunakan untuk kebutuhan anaknya.

Program ini mungkin tidak akan ada selamanya, karena pemimpin berikutnya mungkin punya program lain yang berbeda. Tapi, kami semua tahu bahwa di Lanny Jaya ada anak bernama Jhon Bangga Papua Wenda yang akan tetap ada sampai selamanya. Sebagai kenang-kenangan bahwa suatu masa ada Gubernur Papua yang punya program bagus yang menyasar perkembangan anak-anak generasi emas Papua.

Harapan kami, program bagus ini akan terus dilanjutkan oleh gubernur atau pemimpin Papua berikutnya agar anak-anak Papua bebas dari penyakit dan tumbuh menjadi generasi emas bagi Papua. Amin.

Jimmy Yikwa, adalah anggota Sekber BANGGA Papua Kabupaten Lanny Jaya, sehari-harinya bertugas di Bappeda Kabupaten Lanny Jaya.

Bagikan:
Categories
Artikel

Inisiasi Membangun Kolaborasi

“Jangan kasih tinggal,” kata seorang pria berkulit gelap bertubuh ramping. Namanya Empi Korneles, salah satu anggota Sekretariat Bersama (Sekber) BANGGA Papua Kabupaten Asmat. Kalimat yang dikeluarkannya segera dicatat di selembar kertas kecil berukuran kira-kira 13cm x 21cm. Kertas itu lalu ditempel di selembar kertas plano yang tertempel di dinding, bersanding dengan tulisan lainnya.

Empi menunjukkan hasil diskusi kelompoknya

Di kertas plano berukuran A3 itu sudah ada beberapa tulisan lain. Mengetahui persepsi masyarakat, bahasa tubuh yang meyakinkan, harus memahami budaya setempat, mendengar curhatan masyarakat sampai selesai, dan banyak lagi. Tulisan-tulisan itu semua tujuannya sama, mengumpulkan ide untuk membuat sosialisasi lebih baik lagi. Semua itu adalah sumbangan dari Empi dan teman-teman sekelompoknya yang terdiri dari 10 orang.

Di seberang kelompok yang sedang sibuk berdiskusi itu, ada kelompok lain. Isinya juga beragam, sama seperti kelompok yang tadi. Ada anggota Sekber kabupaten, dan ada juga beberapa ibu-ibu dengan seragam yang sama, dominan warna biru. Sama seperti kelompok yang tadi, kelompok di sisi seberang ini juga sedang berdiskusi. Hanya temanya yang berbeda. Kalau kelompok yang tadi berdiskusi tentang bagaimana membuat sosialisasi lebih baik, maka kelompok yang satu ini berdiskusi tentang hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat melakukan sosialisasi.

Tidak boleh marah-marah, tidak boleh menggunakan kata-kata kasar, tidak boleh merokok dan mengunyah pinang sambil berbicara, boleh menggunakan pengeras suara, boleh menggunakan konteks lokal, dan banyak lagi. Kalimat-kalimat itu dituliskan di atas kertas kecil berwarna-warni dan ditempelkan di sebuah kertas plano berukuran A3. Kalimat-kalimat itu adalah sumbangan pikiran anggota-anggota kelompok yang berisi berbagai unsur tersebut.

Di sisi lain ruangan itu ada satu kelompok lagi yang sedang ramai berdiskusi. Isi kelompok itu juga sama, gabungan dari berbagai unsur. Mereka berdiskusi, mengumpulkan hal-hal yang merupakan tantangan sosialisasi. Ada beberapa hal yang sudah ditemukan, seperti: akses, budaya, jumlah kampung yang banyak dan tidak berimbang dengan jumlah anggota Sekber, kendala bahasa, warga yang tidak paham baca-tulis, dan banyak lagi.

Setelah semua ide dirasa cukup, anggota dari ketiga kelompok tersebut lalu bertukar tempat. Anggota kelompok satu menuju ke kelompok dua, anggota kelompok dua menuju ke kelompok tiga dan anggota kelompok tiga menuju ke kelompok satu. Di setiap kelompok ada satu anggota yang tinggal. Mereka bertugas menjelaskan apa hasil diskusi kelompok mereka kepada anggota kelompok lain yang baru datang. Anggota kelompok lain yang baru datang ini akan menyimak penjelasan dari “penjaga” yang memang bertugas memberi penjelasan. Lalu, bila dirasa ada yang harus ditambahkan maka mereka akan menambahkan.

Suasana world cafe

Metode ini dinamai world café, sebuah metode pertukaran informasi yang dilakukan dengan cepat. Semua peserta bisa mengenali ide-ide yang digali dalam diskusi kelompok, dan bahkan bisa menambahkan bila dirasa ada yang masih kurang.

Di ujung acara, perwakilan ketiga kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi mereka. Satu kata yang selalu hadir dalam hasil diskusi ketiga kelompok tersebut adalah: budaya. Di tiga tema berbeda, budaya selalu menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dalam menentukan mana yang boleh dan tidak boleh dalam melakukan sosialisasi, budaya muncul. Dalam identifikasi tantangan sosialisasi, budaya muncul. Begitu pula dalam upaya membuat sosialisasi menjadi lebih baik, budaya juga muncul sebagai salah satu hal yang harus diperhatikan.

Sosialisasi memang menjadi tulang punggung keberhasilan sebuah program, tidak terkecuali BANGGA Papua yang sudah diluncurkan sejak akhir tahun 2017 lalu. Pelaksanaan program sepanjang 2018 sudah menunjukkan bagaimana pentingnya sosialisasi. Ini juga yang membuat Sekber tiga kabupaten percontohan BANGGA Papua merasa penting untuk melakukan inovasi dalam sosialisasi.

Sekber Asmat membuat film bertema BANGGA Papua dengan memanfaatkan aktor/aktris lokal dan pendekatan lokal. Film ini dianggap sangat efektif untuk menjelaskan tentang BANGGA Papua secara utuh kepada warga penerima manfaat di Asmat. Di sisi birokrasi, Sekber Asmat juga membuat banyak inovasi yang melancarkan proses pelaksanaan program BANGGA Papua. Salah satunya adalah menerbitkan surat keputusan untuk anggota Sekber yang bertugas.

Sekber Paniai juga punya beberapa inovasi dalam melakukan sosialisasi. Salah satunya adalah memfokuskan sosialisasi kepada kaum pria, para bapak-bapak. Menurut Nelly Magai, koordinator tim komunikasi Sekber Paniai, sosialisasi kepada pria ini penting mengingat sebagian besar pria di Paniai kadang menjadi penghalang terbesar dalam mencapai tujuan program BANGGA Papua.

Sementara Sekber Lanny Jaya, meski di tahun 2018 menghadapi kendala internal yang besar, rupanya tetap berusaha mencari inovasi dalam melakukan sosialisasi. Salah satunya adalah melakukan sosialisasi kepada kepala distrik yang kebetulan sedang berkumpul di Wamena, Jayawijaya menjelang akhir tahun. Secara informil, anggota Sekber Lanny Jaya mengumpulkan kepala distrik tersebut dalam beberapa kesempatan. Pertemuan itu dimanfaatkan untuk menjelaskan tentang program BANGGA Papua dan meminta bantuan dari para kepala distrik. Sebuah langkah inovatif dan tanpa biaya.

Sebuah proses yang diharapkan memberi semangat baru untuk pelaksanaan program BANGGA Papua.

Bagikan:
Categories
Artikel

Meningkatkan Kapasitas Orang Asli Papua

BANGGA Papua tra cuma kasih manfaat untuk mama-mama dan anana Orang Asli Papua, tapi juga sama para anggota Sekber dan dong pu mitra.

Lewat macam-macam pelatihan yang  Sekber Provinsi dan mitra pembangunan bikin, kemampuan dan kapasitas para anggota Sekber dan dong pu mitra jadi tamba mantap.

Mulai dari pelatihan manajemen data, monitoring dan evaluasi, komunikasi persuasif, pelatihan menulis, memotret, sampai pelatihan mendesain materi komunikasi visual, itu suda macam-macam pelatihan yang anggota Sekber dan mitra su terima.

Macam-macam kemampuan ini mereka su pakai dalam berbagai tugas dan kegiatan di dong pu tempat masing-masing.

“Salah satu manfaat program ini adalah meningkatnya kemampuan kami, Orang Asli Papua. Kami jadi makin tahu banyak hal dan itu bisa digunakan dalam pekerjaan kami sehari-hari,” kata Elieser Yogi, ketua Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai.

Bagikan:
Categories
Artikel

Merekam Praktik Baik BANGGA Papua

Selama dua tahun lebih pelaksanaan BANGGA Papua di tiga kabupaten uji coba, lebih dari satu perubahan penting kitong su bisa lihat. Perubahan penting yang bisa dibilang Program BANGGA Papua pu praktik baik.

Satu, perbaikan layanan data kependudukan untuk Orang Asli Papua. Terus, jangkauan layanan kesehatan untuk mama dan anak sekaligus membawa layanan perbankan kepada mama-mama di pedalaman.  Tiga, kerjasama lintas sektor yang tambah mantap, dan yang andalan: mama-mama di kampung pu pengetahuan dan kepedulian tentang gizi anak meningkat.

Gabungan capaian positif dan praktik baik ini semua direkam sebagai video dokumenter yang merupakan hasil kerjasama Sekber Provinsi BANGGA Papua dengan mitra pembangunan.

Berikut adalah dua versi video dokumenter praktik baik BANGGA Papua yang telah selesai dibuat:

Bagikan:
Categories
Artikel

Satu Data Untuk Semua

Setelah sukses dengan live Instagram yang menghadirkan wakil Sekber BANGGA Papua tingkat provinsi Papua, maka seminggu kemudian tepatnya di 30 Juli 2020 giliran ketua Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai yang hadir dalam live Instagram di akun @infoBaKTI.

Dalam live IG tersebut, ketua Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai, Elieser Yogi menceritakan rumitnya pendataan di Paniai yang terhambat oleh beberapa kendala. Dari kendala geografis sampai penolakan dari warga. Namun, dengan berbagai strategi dan pendekatan akhirnya pendataan bisa dilakukan dan berujung pada terkumpulnya data yang akurat dan riil. Bagusnya lagi karena data tersebut kemudian bisa digunakan oleh OPD lain di Paniai dalam merencanakan pembangunan di kabupaten tersebut.

Rekaman acara live Instagram tersebut dapat disaksikan di sini:

Bagikan:
Categories
Artikel

Menanam Harapan tentang Generasi Emas Papua

Pada hari Kamis 23 Juli 2020, Yayasan BaKTI lewat akun instagram @infoBaKTI mengajak Sekretariat Bersama (Sekber) BANGGA Papua untuk menggelar kegiatan Live IG.

BANGGA Papua, dua kata yang menyiratkan optimisme tentang Papua dan optimisme apa yang tersimpan di dalam Program “BANGGA Papua” ini. Banyak program bantuan sosial digelontorkan ke masyarakat. Ada yang memberi dana tunai, ada yang berupa barang. Lalu apa bedanya BANGGA Papua? Benang merah optimisme tentang Papua dan kerja-kerja program BANGGA Papua bisa disaksikan di live IG tersebut.

Rekaman dari live Instagram tersebut bisa disaksikan di sini:

Bagikan:
Categories
Artikel

Efek Lain BANGGA Papua

“Untuk pribadi saya, (pendampingan oleh) mitra ini sangat membantu. Saya sangat berterima kasih,” kata Sikmen Pekei, sekretaris Sekretariat Bersama BANGGA Papua Kabupaten Lanny Jaya. Pernyataan itu dikeluarkannya ketika ditanya pendapatnya tentang pendampingan oleh mitra pembangunan program BANGGA Papua.

Sikmen Pekei yang sehari-harinya berdinas di Dinas Sosial Kabupaten Lanny Jaya adalah satu dari total 312 orang yang pernah mengikuti pelatihan dan pendampingan yang diadakan oleh mitra pembangunan KOMPAK-BaKTI sejak Maret 2018, yang berfokus kepada pelatihan dan pendampingan pada sisi komunikasi di program BANGGA Papua.

Suasana pelatihan komunikasi di Tiom, Lanny Jaya

Pelatihan dan pendampingan itu bermula di Maret 2018, tepatnya di kota Jayapura. Pelatihan pertama adalah pelatihan komunikasi untuk anggota Sekber BANGGA Papua tingkat provinsi. Pelatihan dua hari di tanggal 27 dan 28 Maret 2018 itu bertujuan membekali anggota Sekber Provinsi dengan pengetahuan dan keterampilan komunikasi yang bisa diterapkan dalam melakukan sosialiasi program BANGGA Papua.

Lalu pelatihan bergulir ke beberapa tempat. Agats, ibukota Kabupaten Asmat, Tiom, ibukota Kabupaten Lanny Jaya, dan Enarotali, ibukota Kabupaten Paniai. Bahkan, beberapa pelatihan pun diadakan di tempat lain di luar ibukota tiga kabupaten uji coba tersebut. Sekali waktu, pelatihan komunikasi tingkat lanjut diadakan di Timika, dan sekali waktu juga pelatihan komunikasi untuk anggota Sekber Kabupaten Lanny Jaya yang baru diadakan di kota Wamena, Jayawijaya.

Pelatihan terakhir yang diadakan adalah pelatihan daring menggunakan aplikasi Zoom. Tanggal 7 Juli 2020, belasan peserta dari Sekber Provinsi dan dua kabupaten uji coba (Asmat dan Paniai) menghadiri pelatihan daring mengunggah konten tulisan ke website BANGGA Papua. Pelatihan ini terpaksa diadakan secara daring menyiasati kondisi terbatas akibat pandemi Covid-19.

Dalam rangkaian pelatihan dan pendampingan tersebut yang hingga Juli 2020 total berjumlah 22 pelatihan dan pendampingan, pesertanya datang dari berbagai kalangan. Bukan hanya anggota Sekber tiga kabupaten dan provinsi, tapi juga dari unsur lain. Bidan, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh perempuan, kader Posyandu, dan anggota TP/PKK pun pernah menjadi peserta pelatihan.

Mereka yang ikut pelatihan dan pendampingan itu adalah orang-orang yang diharapkan mampu bekerjasama dengan anggota Sekber BANGGA Papua untuk ikut mensosialisasikan program BANGGA Papua di tingkat penerima manfaat.

Didominasi Orang Asli Papua.

Dari total 312 orang yang telah mengikuti pelatihan dan pendampingan oleh mitra KOMPAK-BaKTI, 226 orang atau 72,44% adalah Orang Asli Papua. Jumlah ini tentu menggembirakan, mengingat tujuan utama program BANGGA Papua adalah untuk Orang Asli Papua.

Lebih menggembirakan lagi karena dari jumlah tersebut, jumlah peserta perempuan dan laki-laki nyaris berimbang. Ada 125 orang perempuan atau 40.06% dari total jumlah peserta pelatihan dan pendampingan. Dari jumlah itu, 91 orang atau 72,80% di antaranya adalah perempuan Orang Asli Papua.

Suasana pelatihan komunikasi untuk kader Posyandu, tenaga kesehatan, dan anggota TP-PKK di Paniai

Latar belakang mereka pun beragam. Bukan hanya dari OPD yang ikut terlibat langsung dalam pelaksanaan program BANGGA Papua sebagai anggota Sekber, tapi juga dari kader Posyandu, bidan, tenaga kesehatan, tokoh perempuan, dan anggota TP/PKK. Pelatihan dan pendampingan ini sebenarnya bukan hanya berguna untuk pelaksanaan pekerjaan di dalam program BANGGA Papua saja, namun bisa juga digunakan di pekerjaan lain di luar program. Bahkan di dalam pekerjaan mereka sehari-hari.

“Terasa sekali gunanya (pelatihan ini) karena teman-teman bisa mengaplikasikannya dalam pekerjaan mereka sehari-hari,” kata Eli Yogi, ketua Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai.

Peserta pelatihan tidak hanya sekadar ikut saja, tapi hasil dari pelatihan itu seperti peningkatan kemampuan dalam komunikasi pun bisa mereka bawa pulang dan jadikan bekal dalam pekerjaan mereka.

“Saya pikir, BANGGA Papua ini memang meningkatkan sumber daya manusia Orang Asli Papua. Pelatihan yang diadakan oleh mitra sangat membantu kami untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam pekerjaan kami sehari-hari,” kata Eli Yogi dalam kesempatan yang berbeda.

Menilik jumlah peserta berdasarkan etnis yang memang didominasi oleh Orang Asli Papua, maka tentu saja pernyataan Eli Yogi tersebut bisa dibenarkan. Pelatihan dan pendampingan oleh mitra program ini memang diharapkan memberi efek positif untuk para peserta Orang Asli Papua.

Program BANGGA Papua memang memberikan dampak positif, bukan hanya untuk para penerima manfaat yang pemahamannya akan gizi anak meningkat, tapi juga anggota Sekber dan mitra pendukung mereka yang pengetahuan dan keterampilannya meningkat lewat pelatihan yang diadakan oleh mitra pembangunan. Sebuah efek samping yang positif.

Infografis jumlah pelatihan dari 2018 hingga Juli 2020
Infografis waktu dan lokasi pelatihan
Bagikan:
Categories
Artikel

Mereka Yang Terdampak BANGGA Papua

Matahari mulai terik di sebuah titik di Madi, salah satu kota paling ramai di kabupaten Paniai. Kota kecil ini dipagari bukit di satu sisi dan hamparan tanah lapang yang luas di satu sisi. Udara sejuk khas daerah pegunungan di atas 1.600 mdpl bersatu dengan hangatnya matahari pagi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08:00 WIT lebih. Kegiatan di komplek perkantoran pemerintah sekitar kantor bupati Paniai mulai hidup. Orang berlalu lalang di jalan, beberapa warga berkumpul di depan beberapa kantor yang menggelar layanan untuk warganya.

Di sebuah kantor tepat di samping kantor BKKBD tidak jauh dari kantor bupati Paniai, beberapa orang juga berkumpul. Sebagian besarnya adalah perempuan. Mereka berpakaian rapi, kemeja batik dengan motif Papua. Bertukar sapa dalam bahasa daerah Mee dan Moni, dua suku terbesar di Paniai.

Perempuan-perempuan itu adalah peserta workshop monitoring komunikasi untuk Sekber BANGGA Papua kabupaten Paniai. Mereka datang dari beberapa latar belakang, tapi didominasi oleh kader Posyandu dan bidan Puskesmas. Ada yang datang dari kampung di sekitar Madi dan Enarotali, tapi ada juga yang datang dari distrik Obano, distrik di seberang danau Paniai yang harus ditempuh dengan speed boat melintasi danau yang dingin. Salah satunya adalah Alfrida Pigai, perempuan berambut pendek yang sehari-harinya bertugas sebagai kader Posyandu di distrik Obano.

Suasana pencairan dana di Paniai

Alfrida adalah satu dari 40an peserta workshop hari itu. Dia memang bukan anggota Sekretariat Bersama BANGGA Papua kabupaten Paniai, tapi oleh Sekber Paniai tenaganya sangat dibutuhkan. Alfrida, dan teman-temannya sesama kader Posyandu menjadi garda terdepan yang membantu Sekber Paniai mengumpulkan data calon penerima manfaat BANGGA Papua dan sekaligus mensosialisasikan program tersebut di tingkat kampung.

Sebelumnya, Alfrida sudah pernah mengikuti pelatihan komunikasi yang digelar BaKTI, mitra dari program BANGGA Papua. Pelatihan itu digelar di Madi bulan Mei 2019. Saat itu untuk pertamakalinya, Alfrida dan rekan-rekan kader Posyandu dan tenaga kesehatan di kampung lainnya secara resmi diajak bergabung dengan BANGGA Papua. Menjadi bagian dari program yang punya tujuan meningkatkan dan menjaga gizi anak-anak asli Papua. Tujuan yang sama dengan apa yang mereka kerjakan sehari-hari sebagai tenaga kesehatan.

Dimulai di Jayapura

Sejak Maret 2018, BaKTI yang diserahi mandat untuk mengadakan pelatihan komunikasi di program BANGGA Papua sudah menggelar 18 pelatihan. Baik yang berbentuk workshop maupun training of trainer. Pelatihan ini digelar di tingkat provinsi sampai di tingkat kabupaten, di tiga kabupaten pilot project BANGGA Papua.

Untuk tingkat provinsi, BaKTI sudah menggelar 5 kali pelatihan komunikasi, dimulai dari Maret 2018. Pelatihan pertama digelar tanggal 27-28 Maret bertempat di kantor Sekber BANGGA Papua provinsi Papua dan Hotel Horison. Inilah untuk pertama kalinya anggota Sekber provinsi diperkenalkan pada teknik komunikasi persuasif. Peserta diharapkan tidak hanya memberikan informasi terkait program kepada calon penerima manfaat atau pemangku kebijakan lainnya, tapi sekaligus memberikan pemahaman mendalam tentang program.

Pelatihan di tingkat provinsi itu kemudian dilanjutkan dengan pelatihan yang sama di tiga kabupaten pilot project. Asmat menjadi kabupaten pertama yang menggelar pelatihan komunikasi. Bertempat di Agats, ibukota Asmat pelatihan digelar tanggal 3 sampai 6 April 2018. Selanjutnya pelatihan digelar di Tiom, ibukota Lanny Jaya tanggal 17-19 April 2018. Rangkaian pelatihan ini kemudian berakhir di Paniai tanggal 23-26 April 2018.

Rangkaian pelatihan komunikasi persuasif ini jadi hal baru buat anggota Sekber provinsi maupun ketiga kabupaten. Sebagian dari mereka sebenarnya sudah biasa melakukan sosialisasi program karena mereka sebelumnya juga aktif di program lain. Namun, mereka baru sadar kalau ternyata yang mereka lakukan selama ini baru sekadar memberikan informasi, belum sampai pada tahap memberikan pemahaman soal program.

Suasana pelatihan komunikasi di Jayapura, Maret 2018

“Selama ini saya kira saya sudah biasa melakukan sosialisasi, tapi ternyata setelah ikut pelatihan ini saya jadi merasa dapat ilmu baru,” kata Daryono, anggota Sekber provinsi yang sekaligus juga koordinator wilayah untuk kabupaten Asmat. Staff pada Dinas Sosial ini juga salah satu yang aktif dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Papua. Tidak heran kalau dia merasa dia sudah terbiasa melakukan sosialisasi.

Komentar seperti yang diucapkan oleh pak Daryono juga muncul di tingkat kabupaten. Ketika pelatihan digelar, banyak peserta yang mengaku mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana berkomunikasi dengan menambahkan unsur persuasi. Bukan sekadar memberi informasi. Pelatihan yang digelar di Jayapura dan tiga kabupaten pilot project selama April 2018 hanya awal. Selanjutnya berbagai pelatihan dan pendampingan dalam bentuk workshop maupun diskusi digelar sepanjang 2018 hingga 2019.

Memberdayakan Perempuan Papua.

Sampai September 2019, BaKTI sudah melatih 298 orang dalam 18 pelatihan. Dari jumlah itu, peserta laki-laki sebanyak 175 orang atau 58,72% dari total peserta, dan 123 orang perempuan atau 41,27% total peserta. Perbandingan antara peserta laki-laki dan perempuan memang belum berimbang, namun dari jumlah tersebut bisa dilihat kalau perbedaannya tidak terlalu mencolok.

Awalnya, peserta pelatihan memang lebih banyak laki-laki. Tidak bisa disangkal bila anggota Sekber provinsi maupun kabupaten memang didominasi oleh laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah perempuan yang terlibat dalam program ini semakin bertambah. Apalagi ketika Sekber kabupaten mulai menggandeng mitra lain seperti kader Posyandu, bidan desa maupun petugas kesehatan lainnya. Mereka yang digandeng ini kebanyakan adalah perempuan dan bersentuhan langsung dengan akar rumput atau calon penerima manfaat.

Tren meningkatnya jumlah peserta perempuan ini mulai meningkat di akhir tahun 2018. Utamanya di kabupaten Paniai dan Lanny Jaya. Asmat sendiri dari awal memang punya komposisi peserta perempuan dan laki-laki yang nyaris seimbang, tapi tidak dengan Paniai dan Lanny Jaya. Awalnya, peserta pelatihan komunikasi dari kedua kabupaten itu didominasi laki-laki, namun belakangan jumlah perempuan terus bertambah seiring dengan makin banyaknya mitra yang digandeng oleh Sekber Paniai dan Lanny Jaya.

Paniai akhirnya menjadi kabupaten yang paling banyak menyumbangkan peserta perempuan. Sampai September 2019, sudah ada 42 perempuan dari Paniai yang ikut serta dalam pelatihan komunikasi. Disusul oleh kabupaten Asmat dengan 33 orang perempuan yang sudah pernah ikut pelatihan komunikasi. Lanny Jaya menyumbangkan angka 20 orang perempuan.

Hal lain yang menarik dari data yang dihimpun terkait pelatihan komunikasi yang digelar BaKTI adalah, 74% dari peserta perempuan yang ikut pelatihan berasal dari etnis Papua. Jumlah tersebut tentu saja sangat dominan bila dibandingkan 26% peserta perempuan dari etnis non Papua. Statistik ini sangat menggembirakan, karena ini berarti ada banyak perempuan Papua yang mendapatkan penguatan kapasitas dan penambahan pengetahuan dari berbagai pelatihan yang digelar BaKTI.

Pelayanan kesehatan di Asmat saat pencairan dana

“Kami senang sekali ikut pelatihan seperti ini. Kami yang tinggal di pedalaman seperti ini senang sekali karena ibu-bapak mau datang ke tempat kami dan melatih kami,” kata Peli Manimbo, seorang kader Posyandu dari Lanny Jaya yang juga peserta pelatihan komunikasi di Lanny Jaya, Juli 2019.

Ucapan itu sebagai tanda syukur bahwa meskipun mereka tinggal di daerah yang susah dijangkau, namun mereka tetap mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan. Ilmu yang mereka dapat bukan hanya digunakan untuk program BANGGA Papua saja, tapi juga bisa mereka gunakan untuk mendukung pekerjaan mereka sehari-hari.

Hal tersebut dibenarkan oleh Eli Yogi, ketua Sekber Paniai. “Apa yang teman-teman dapat dari semua pelatihan yang sudah dilakukan, bisa dipakai di mana saja. Bukan cuma di program BANGGA Papua,” katanya. Eli Yogi termasuk salah satu orang yang sangat bersemangat mendukung semua pelatihan yang digelar mitra program BANGGA Papua. Dia sadar betul, semua peningkatan kapasitas itu memberi banyak pengetahuan baru untuk orang-orang Sekber dan meningkatkan kualitas mereka.

“Saya melihat betul, bagaimana teman-teman yang Orang Asli Papua ini meningkat pengetahuan dan kualitasnya setelah mengikuti pelatihan,” tambahnya lagi.

Jumlah 18 pelatihan yang sudah digelar BaKTI atas dukungan KOMPAK memang masih akan terus bertambah. Sejauh ini beberapa pihak sudah memberikan tanggapan positif atas hasil pelatihan tersebut. Ada peningkatan kapasitas yang terlihat nyata, dan ada juga pola pikir yang berubah. Mengutip perkataan Eli Yogi, bisa disimpulkan kalau BANGGA Papua bukan hanya memberi pengaruh pada ibu dan anak-anak di bawah empat tahun yang jadi sasaran program, tapi juga pada pelaksana program. Setidaknya mereka bisa merasakan ada kualitas yang terus meningkat, dan ada kapasitas dan pengetahuan yang terus bertambah.

Bagikan: