Categories
Artikel

Pencairan Dana di Paniai

Sekretaris Bersama BANGGA Papua Kabupaten Paniai akhirnya menggelar kegiatan pencairan dana untuk tahap kedua periode tahun 2019. Pencairan dana ini sedianya dijadwalkan digelar di awal tahun 2020. Namun, berbagai kegiatan internal termasuk workshop refleksi dengan Sekber Provinsi dan mitra pembangunan membuat kegiatan harus ditunda. Selain itu, pandemi Covid-19 juga membuat kegiatan harus ditunda sampai menunggu waktu yang tepat.

Kegiatan pencairan dana untuk tahap kedua tahun 2019 akhirnya baru bisa digelar di bulan September 2020. Mulai tanggal 28 September 2020, Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai mulai menyalurkan bantuan kepada para penerima manfaat dari 24 distrik di Kabupaten Paniai.

Proses pencairan dana di Paniai
Proses pencairan dana di Paniai

Pencairan tahap awal dilakukan di dua titik, Bank Papua Enarotali dan kantor Sekber BANGGA Papua di Madi. Beberapa distrik yang dilayani adalah distrik terdekat dari ibukota seperti Madi, Paniai Timur, dan Bibida.

“Kita fokuskan ke distrik yang dekat dulu, setelah itu baru kita akan pindah ke distrik lain yang lebih jauh,” kata Elieser Yogi, ketua Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai. “Kita akan koordinasi dulu dengan Bank Papua untuk mengatur jadwal dan teknis pencairan dana di distrik,” tambahnya.

Pada pencairan dana tahap kedua tahun 2019 ini, Sekber Paniai menargetkan pencairan dana untuk 11.942 anak penerima manfaat dengan 8.270 ibu penerima manfaat. Total dana yang disiapkan adalah sebesar, Rp.16.121.200.000,-. Data yang didapatkan ini adalah data yang dikumpulkan pada pendataan periode kedua tahun 2019 antara bulan Juli hingga Desember 2019.

Leaflet makanan bergizi yang dibagikan oleh anggota Sekber

Dalam proses pencairan dana di masa pandemi ini, tim Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai juga tetap menerapkan protokol kesehatan. Mereka membatasi jumlah penerima manfaat yang dilayani dalam satu hari dengan maksimal 100 orang. Para penerima manfaat pun diatur sedemikian rupa agar tidak berkumpul dalam jarak yang dekat. Selain itu, penggunaan masker tetap ditekankan. Bahkan, Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai membagikan masker bagi para penerima manfaat yang datang tanpa masker.

“Bagaimanapun kita tetap mematuhi protokol kesehatan,” pungkas Elieser Yogi.

Pencairan dana di Paniai rencananya akan digelar hingga akhir bulan Oktober 2020 dan diharapkan bisa melayani penerima manfaat di semua distrik di Paniai.

Penyerahan masker untuk para penerima manfaat
Tetap jaga jarak dalam proses pencairan dana
Bagikan:
Categories
Artikel

Efek Lain BANGGA Papua

“Untuk pribadi saya, (pendampingan oleh) mitra ini sangat membantu. Saya sangat berterima kasih,” kata Sikmen Pekei, sekretaris Sekretariat Bersama BANGGA Papua Kabupaten Lanny Jaya. Pernyataan itu dikeluarkannya ketika ditanya pendapatnya tentang pendampingan oleh mitra pembangunan program BANGGA Papua.

Sikmen Pekei yang sehari-harinya berdinas di Dinas Sosial Kabupaten Lanny Jaya adalah satu dari total 312 orang yang pernah mengikuti pelatihan dan pendampingan yang diadakan oleh mitra pembangunan KOMPAK-BaKTI sejak Maret 2018, yang berfokus kepada pelatihan dan pendampingan pada sisi komunikasi di program BANGGA Papua.

Suasana pelatihan komunikasi di Tiom, Lanny Jaya

Pelatihan dan pendampingan itu bermula di Maret 2018, tepatnya di kota Jayapura. Pelatihan pertama adalah pelatihan komunikasi untuk anggota Sekber BANGGA Papua tingkat provinsi. Pelatihan dua hari di tanggal 27 dan 28 Maret 2018 itu bertujuan membekali anggota Sekber Provinsi dengan pengetahuan dan keterampilan komunikasi yang bisa diterapkan dalam melakukan sosialiasi program BANGGA Papua.

Lalu pelatihan bergulir ke beberapa tempat. Agats, ibukota Kabupaten Asmat, Tiom, ibukota Kabupaten Lanny Jaya, dan Enarotali, ibukota Kabupaten Paniai. Bahkan, beberapa pelatihan pun diadakan di tempat lain di luar ibukota tiga kabupaten uji coba tersebut. Sekali waktu, pelatihan komunikasi tingkat lanjut diadakan di Timika, dan sekali waktu juga pelatihan komunikasi untuk anggota Sekber Kabupaten Lanny Jaya yang baru diadakan di kota Wamena, Jayawijaya.

Pelatihan terakhir yang diadakan adalah pelatihan daring menggunakan aplikasi Zoom. Tanggal 7 Juli 2020, belasan peserta dari Sekber Provinsi dan dua kabupaten uji coba (Asmat dan Paniai) menghadiri pelatihan daring mengunggah konten tulisan ke website BANGGA Papua. Pelatihan ini terpaksa diadakan secara daring menyiasati kondisi terbatas akibat pandemi Covid-19.

Dalam rangkaian pelatihan dan pendampingan tersebut yang hingga Juli 2020 total berjumlah 22 pelatihan dan pendampingan, pesertanya datang dari berbagai kalangan. Bukan hanya anggota Sekber tiga kabupaten dan provinsi, tapi juga dari unsur lain. Bidan, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh perempuan, kader Posyandu, dan anggota TP/PKK pun pernah menjadi peserta pelatihan.

Mereka yang ikut pelatihan dan pendampingan itu adalah orang-orang yang diharapkan mampu bekerjasama dengan anggota Sekber BANGGA Papua untuk ikut mensosialisasikan program BANGGA Papua di tingkat penerima manfaat.

Didominasi Orang Asli Papua.

Dari total 312 orang yang telah mengikuti pelatihan dan pendampingan oleh mitra KOMPAK-BaKTI, 226 orang atau 72,44% adalah Orang Asli Papua. Jumlah ini tentu menggembirakan, mengingat tujuan utama program BANGGA Papua adalah untuk Orang Asli Papua.

Lebih menggembirakan lagi karena dari jumlah tersebut, jumlah peserta perempuan dan laki-laki nyaris berimbang. Ada 125 orang perempuan atau 40.06% dari total jumlah peserta pelatihan dan pendampingan. Dari jumlah itu, 91 orang atau 72,80% di antaranya adalah perempuan Orang Asli Papua.

Suasana pelatihan komunikasi untuk kader Posyandu, tenaga kesehatan, dan anggota TP-PKK di Paniai

Latar belakang mereka pun beragam. Bukan hanya dari OPD yang ikut terlibat langsung dalam pelaksanaan program BANGGA Papua sebagai anggota Sekber, tapi juga dari kader Posyandu, bidan, tenaga kesehatan, tokoh perempuan, dan anggota TP/PKK. Pelatihan dan pendampingan ini sebenarnya bukan hanya berguna untuk pelaksanaan pekerjaan di dalam program BANGGA Papua saja, namun bisa juga digunakan di pekerjaan lain di luar program. Bahkan di dalam pekerjaan mereka sehari-hari.

“Terasa sekali gunanya (pelatihan ini) karena teman-teman bisa mengaplikasikannya dalam pekerjaan mereka sehari-hari,” kata Eli Yogi, ketua Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai.

Peserta pelatihan tidak hanya sekadar ikut saja, tapi hasil dari pelatihan itu seperti peningkatan kemampuan dalam komunikasi pun bisa mereka bawa pulang dan jadikan bekal dalam pekerjaan mereka.

“Saya pikir, BANGGA Papua ini memang meningkatkan sumber daya manusia Orang Asli Papua. Pelatihan yang diadakan oleh mitra sangat membantu kami untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam pekerjaan kami sehari-hari,” kata Eli Yogi dalam kesempatan yang berbeda.

Menilik jumlah peserta berdasarkan etnis yang memang didominasi oleh Orang Asli Papua, maka tentu saja pernyataan Eli Yogi tersebut bisa dibenarkan. Pelatihan dan pendampingan oleh mitra program ini memang diharapkan memberi efek positif untuk para peserta Orang Asli Papua.

Program BANGGA Papua memang memberikan dampak positif, bukan hanya untuk para penerima manfaat yang pemahamannya akan gizi anak meningkat, tapi juga anggota Sekber dan mitra pendukung mereka yang pengetahuan dan keterampilannya meningkat lewat pelatihan yang diadakan oleh mitra pembangunan. Sebuah efek samping yang positif.

Infografis jumlah pelatihan dari 2018 hingga Juli 2020
Infografis waktu dan lokasi pelatihan
Bagikan:
Categories
Artikel

Mereka Yang Terdampak BANGGA Papua

Matahari mulai terik di sebuah titik di Madi, salah satu kota paling ramai di kabupaten Paniai. Kota kecil ini dipagari bukit di satu sisi dan hamparan tanah lapang yang luas di satu sisi. Udara sejuk khas daerah pegunungan di atas 1.600 mdpl bersatu dengan hangatnya matahari pagi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08:00 WIT lebih. Kegiatan di komplek perkantoran pemerintah sekitar kantor bupati Paniai mulai hidup. Orang berlalu lalang di jalan, beberapa warga berkumpul di depan beberapa kantor yang menggelar layanan untuk warganya.

Di sebuah kantor tepat di samping kantor BKKBD tidak jauh dari kantor bupati Paniai, beberapa orang juga berkumpul. Sebagian besarnya adalah perempuan. Mereka berpakaian rapi, kemeja batik dengan motif Papua. Bertukar sapa dalam bahasa daerah Mee dan Moni, dua suku terbesar di Paniai.

Perempuan-perempuan itu adalah peserta workshop monitoring komunikasi untuk Sekber BANGGA Papua kabupaten Paniai. Mereka datang dari beberapa latar belakang, tapi didominasi oleh kader Posyandu dan bidan Puskesmas. Ada yang datang dari kampung di sekitar Madi dan Enarotali, tapi ada juga yang datang dari distrik Obano, distrik di seberang danau Paniai yang harus ditempuh dengan speed boat melintasi danau yang dingin. Salah satunya adalah Alfrida Pigai, perempuan berambut pendek yang sehari-harinya bertugas sebagai kader Posyandu di distrik Obano.

Suasana pencairan dana di Paniai

Alfrida adalah satu dari 40an peserta workshop hari itu. Dia memang bukan anggota Sekretariat Bersama BANGGA Papua kabupaten Paniai, tapi oleh Sekber Paniai tenaganya sangat dibutuhkan. Alfrida, dan teman-temannya sesama kader Posyandu menjadi garda terdepan yang membantu Sekber Paniai mengumpulkan data calon penerima manfaat BANGGA Papua dan sekaligus mensosialisasikan program tersebut di tingkat kampung.

Sebelumnya, Alfrida sudah pernah mengikuti pelatihan komunikasi yang digelar BaKTI, mitra dari program BANGGA Papua. Pelatihan itu digelar di Madi bulan Mei 2019. Saat itu untuk pertamakalinya, Alfrida dan rekan-rekan kader Posyandu dan tenaga kesehatan di kampung lainnya secara resmi diajak bergabung dengan BANGGA Papua. Menjadi bagian dari program yang punya tujuan meningkatkan dan menjaga gizi anak-anak asli Papua. Tujuan yang sama dengan apa yang mereka kerjakan sehari-hari sebagai tenaga kesehatan.

Dimulai di Jayapura

Sejak Maret 2018, BaKTI yang diserahi mandat untuk mengadakan pelatihan komunikasi di program BANGGA Papua sudah menggelar 18 pelatihan. Baik yang berbentuk workshop maupun training of trainer. Pelatihan ini digelar di tingkat provinsi sampai di tingkat kabupaten, di tiga kabupaten pilot project BANGGA Papua.

Untuk tingkat provinsi, BaKTI sudah menggelar 5 kali pelatihan komunikasi, dimulai dari Maret 2018. Pelatihan pertama digelar tanggal 27-28 Maret bertempat di kantor Sekber BANGGA Papua provinsi Papua dan Hotel Horison. Inilah untuk pertama kalinya anggota Sekber provinsi diperkenalkan pada teknik komunikasi persuasif. Peserta diharapkan tidak hanya memberikan informasi terkait program kepada calon penerima manfaat atau pemangku kebijakan lainnya, tapi sekaligus memberikan pemahaman mendalam tentang program.

Pelatihan di tingkat provinsi itu kemudian dilanjutkan dengan pelatihan yang sama di tiga kabupaten pilot project. Asmat menjadi kabupaten pertama yang menggelar pelatihan komunikasi. Bertempat di Agats, ibukota Asmat pelatihan digelar tanggal 3 sampai 6 April 2018. Selanjutnya pelatihan digelar di Tiom, ibukota Lanny Jaya tanggal 17-19 April 2018. Rangkaian pelatihan ini kemudian berakhir di Paniai tanggal 23-26 April 2018.

Rangkaian pelatihan komunikasi persuasif ini jadi hal baru buat anggota Sekber provinsi maupun ketiga kabupaten. Sebagian dari mereka sebenarnya sudah biasa melakukan sosialisasi program karena mereka sebelumnya juga aktif di program lain. Namun, mereka baru sadar kalau ternyata yang mereka lakukan selama ini baru sekadar memberikan informasi, belum sampai pada tahap memberikan pemahaman soal program.

Suasana pelatihan komunikasi di Jayapura, Maret 2018

“Selama ini saya kira saya sudah biasa melakukan sosialisasi, tapi ternyata setelah ikut pelatihan ini saya jadi merasa dapat ilmu baru,” kata Daryono, anggota Sekber provinsi yang sekaligus juga koordinator wilayah untuk kabupaten Asmat. Staff pada Dinas Sosial ini juga salah satu yang aktif dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Papua. Tidak heran kalau dia merasa dia sudah terbiasa melakukan sosialisasi.

Komentar seperti yang diucapkan oleh pak Daryono juga muncul di tingkat kabupaten. Ketika pelatihan digelar, banyak peserta yang mengaku mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana berkomunikasi dengan menambahkan unsur persuasi. Bukan sekadar memberi informasi. Pelatihan yang digelar di Jayapura dan tiga kabupaten pilot project selama April 2018 hanya awal. Selanjutnya berbagai pelatihan dan pendampingan dalam bentuk workshop maupun diskusi digelar sepanjang 2018 hingga 2019.

Memberdayakan Perempuan Papua.

Sampai September 2019, BaKTI sudah melatih 298 orang dalam 18 pelatihan. Dari jumlah itu, peserta laki-laki sebanyak 175 orang atau 58,72% dari total peserta, dan 123 orang perempuan atau 41,27% total peserta. Perbandingan antara peserta laki-laki dan perempuan memang belum berimbang, namun dari jumlah tersebut bisa dilihat kalau perbedaannya tidak terlalu mencolok.

Awalnya, peserta pelatihan memang lebih banyak laki-laki. Tidak bisa disangkal bila anggota Sekber provinsi maupun kabupaten memang didominasi oleh laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah perempuan yang terlibat dalam program ini semakin bertambah. Apalagi ketika Sekber kabupaten mulai menggandeng mitra lain seperti kader Posyandu, bidan desa maupun petugas kesehatan lainnya. Mereka yang digandeng ini kebanyakan adalah perempuan dan bersentuhan langsung dengan akar rumput atau calon penerima manfaat.

Tren meningkatnya jumlah peserta perempuan ini mulai meningkat di akhir tahun 2018. Utamanya di kabupaten Paniai dan Lanny Jaya. Asmat sendiri dari awal memang punya komposisi peserta perempuan dan laki-laki yang nyaris seimbang, tapi tidak dengan Paniai dan Lanny Jaya. Awalnya, peserta pelatihan komunikasi dari kedua kabupaten itu didominasi laki-laki, namun belakangan jumlah perempuan terus bertambah seiring dengan makin banyaknya mitra yang digandeng oleh Sekber Paniai dan Lanny Jaya.

Paniai akhirnya menjadi kabupaten yang paling banyak menyumbangkan peserta perempuan. Sampai September 2019, sudah ada 42 perempuan dari Paniai yang ikut serta dalam pelatihan komunikasi. Disusul oleh kabupaten Asmat dengan 33 orang perempuan yang sudah pernah ikut pelatihan komunikasi. Lanny Jaya menyumbangkan angka 20 orang perempuan.

Hal lain yang menarik dari data yang dihimpun terkait pelatihan komunikasi yang digelar BaKTI adalah, 74% dari peserta perempuan yang ikut pelatihan berasal dari etnis Papua. Jumlah tersebut tentu saja sangat dominan bila dibandingkan 26% peserta perempuan dari etnis non Papua. Statistik ini sangat menggembirakan, karena ini berarti ada banyak perempuan Papua yang mendapatkan penguatan kapasitas dan penambahan pengetahuan dari berbagai pelatihan yang digelar BaKTI.

Pelayanan kesehatan di Asmat saat pencairan dana

“Kami senang sekali ikut pelatihan seperti ini. Kami yang tinggal di pedalaman seperti ini senang sekali karena ibu-bapak mau datang ke tempat kami dan melatih kami,” kata Peli Manimbo, seorang kader Posyandu dari Lanny Jaya yang juga peserta pelatihan komunikasi di Lanny Jaya, Juli 2019.

Ucapan itu sebagai tanda syukur bahwa meskipun mereka tinggal di daerah yang susah dijangkau, namun mereka tetap mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan. Ilmu yang mereka dapat bukan hanya digunakan untuk program BANGGA Papua saja, tapi juga bisa mereka gunakan untuk mendukung pekerjaan mereka sehari-hari.

Hal tersebut dibenarkan oleh Eli Yogi, ketua Sekber Paniai. “Apa yang teman-teman dapat dari semua pelatihan yang sudah dilakukan, bisa dipakai di mana saja. Bukan cuma di program BANGGA Papua,” katanya. Eli Yogi termasuk salah satu orang yang sangat bersemangat mendukung semua pelatihan yang digelar mitra program BANGGA Papua. Dia sadar betul, semua peningkatan kapasitas itu memberi banyak pengetahuan baru untuk orang-orang Sekber dan meningkatkan kualitas mereka.

“Saya melihat betul, bagaimana teman-teman yang Orang Asli Papua ini meningkat pengetahuan dan kualitasnya setelah mengikuti pelatihan,” tambahnya lagi.

Jumlah 18 pelatihan yang sudah digelar BaKTI atas dukungan KOMPAK memang masih akan terus bertambah. Sejauh ini beberapa pihak sudah memberikan tanggapan positif atas hasil pelatihan tersebut. Ada peningkatan kapasitas yang terlihat nyata, dan ada juga pola pikir yang berubah. Mengutip perkataan Eli Yogi, bisa disimpulkan kalau BANGGA Papua bukan hanya memberi pengaruh pada ibu dan anak-anak di bawah empat tahun yang jadi sasaran program, tapi juga pada pelaksana program. Setidaknya mereka bisa merasakan ada kualitas yang terus meningkat, dan ada kapasitas dan pengetahuan yang terus bertambah.

Bagikan:
Categories
Artikel

Memampukan Perempuan Papua Melalui BANGGA Papua

Puluhan ibu-ibu duduk dengan rapi di teras gereja, tidak jauh dari dermaga di mulut kampung Nakai, Distrik Pulau Tiga, Kabupaten Asmat. Sebagian besar dari mereka datang dengan anak-anak yang masih kecil, berusia empat tahun atau lebih muda. Beberapa di antaranya masih bayi, beberapa lainnya sudah bisa berlarian ke sana-ke mari. Suasana siang yang basah oleh hujan itu terasa ramai. Suara anak-anak yang bermain bersahutan dengan suara bayi yang menangis. Sesekali ibu-ibu itu menenangkan anaknya, lalu kembali duduk dengan rapi menunggu saat dipanggil.

Selasa 8 Oktober 2019 adalah hari pertama pelayanan pencairan dana BANGGA Papua di Distrik Pulau Tiga, salah satu titik pembayaran (payment point) yang dibuka untuk melayani warga di tujuh kampung di dalam distrik Pulau Tiga.  Sejak pagi, penerima manfaat sudah memadati halaman gereja yang dijadikan tempat pelayanan pencairan dana. Tujuh orang anggota Sekretariat Bersama (Sekber) Kabupaten  Asmat sudah siap di belakang meja dengan tugas mereka masing-masing. Dua orang dari Bank Papua juga sudah siap melayani penerima manfaat. Pencairan ini adalah pencairan pertama di tahun 2019, dan rencananya di tahun 2019, akan ada dua kali pencairan dana. Khusus untuk titik pembayaran Distrik Pulau Tiga, akan ada 396 penerima manfaat dari tujuh kampung yang akan dilayani.

Edukasi tentang gizi dan kesehatan untuk ibu-ibu penerima manfaat

Satu per satu ibu-ibu penerima manfaat itu dipanggil ke bagian dalam gereja. Mereka dibagi per kampung sehingga lebih rapi dan teratur. Setiap ibu yang datang rata-rata membawa satu map plastik berisi dokumen kependudukan. Di dalamnya sudah ada KTP, kartu keluarga, dan bahkan akta kelahiran anak. Bagi penerima manfaat lama, mereka juga datang dengan buku tabungan yang sudah diterimanya sejak pencairan dana tahun 2018 lalu.

Kelengkapan administrasi yang mereka punya itu sangat membantu melancarkan proses verifikasi data. Anggota Sekber tidak butuh waktu lama untuk memeriksa dan memverifikasi data ibu penerima manfaat. Toh, mereka sudah memegang KTP, KK dan akta kelahiran yang semua datanya sama.

Perempuan berperan penting dalam program BANGGA Papua. Ibu atau wali dari anak penerima manfaat menjadi pemegang dan pengelola dana yang diterima dari BANGGA Papua.

Setelah melalui pendataan, verifikasi data dan lolos verifikasi, maka nama ibu atau wali anak terdaftar secara resmi sebagai penerima manfaat, dalam surat keputusan yang ditandatangani Gubernur Papua. Selanjutnya, dana BANGGA Papua ditransfer dari provinsi melalui Bank Papua, langsung ke rekening bank ibu atau wali anak. Proses ini tidak sederhana karena umumnya ibu atau wali anak belum pernah bersentuhan dengan lembaga keuangan sehingga mereka tidak memiliki rekening bank. Melalui kerjasama dengan Bank Papua, maka Sekber Kabupaten memfasilitasi ibu atau wali penerima manfaat untuk membuka rekening di Bank Papua.

Penimbangan anak saat pencairan dana di Paniai

Program BANGGA Papua menilai bahwa ibu atau wali anak penerima manfaat adalah orang yang paling tahu tentang kebutuhan anak-anaknya, termasuk kebutuhan untuk peningkatan gizi dan kesehatan anak. Karena itulah dana BANGGA Papua dipercayakan kepada ibu atau wali anak.

Cara ini memampukan perempuan Papua untuk ikut mengelola keuangan keluarga dan bertindak sebagai pengambil keputusan dalam keluarga, terutama untuk memastikan tersedianya kebutuhan gizi dan kesehatan untuk anak-anaknya. Perempuan, dalam BANGGA Papua, disejajarkan kedudukannya dengan suami mereka sehingga bisa ikut mengatur hal-hal yang mendukung kesejahteraan keluarganya.

Itu sebabnya, edukasi tentang penggunaan dana yang benar juga harus diberikan kepada ibu atau wali anak. Seperti yang nampak pada Selasa, 8 Oktober itu, di halaman depan gereja, empat orang perempuan berseragam putih sibuk menemani ibu-ibu atau wali anak penerima manfaat yang baru saja menerima dana BANGGA Papua.

Pemberian obat anti kaki gajah kepada ibu-ibu penerima manfaat

Perempuan berseragam putih itu adalah petugas kesehatan dari Puskesmas Nakai. Mereka mengingatkan ibu-ibu dan wali anak penerima manfaat, tentang pentingnya gizi bagi anak, sekaligus mengingatkan apa saja yang bisa dilakukan untuk menjaga gizi dan kesehatan anak. Mereka juga memastikan bahwa ibu atau wali anak penerima manfaat masih ingat tentang jenis barang apa saja yang tidak boleh dibeli dengan menggunakan dana BANGGA Papua.

Ibu penerima manfaat pun punya kesempatan belajar untuk menabung. Pelaksana program selalu mengingatkan bahwa dana dari BANGGA Papua tidak harus diambil sekaligus. Dana dapat disimpan untuk keperluan mendesak di kemudian hari seperti misalnya, bila anak sakit dan harus ke puskesmas atau rumah sakit.

Karena BANGGA Papua, akses perempuan Papua ke lembaga perbankan juga menjadi terbuka. Seperti diungkapkan oleh seorang ibu di Paniai bahwa selama ini dia tidak pernah tahu tentang Bank Papua, padahal dia melewati gedung Bank Papua setiap hari. Dan sekarang dia bukan hanya bisa masuk ke dalam gedung Bank Papua dan menjadi nasabahnya, tetapi dia juga bisa belajar cara membuka rekening, mengambil uang dan menabung.

Mengukur tinggi anak untuk mendeteksi stunting

Pendekatan memampukan perempuan ini bukannya tanpa tantangan. Pemberian dana kepada ibu merupakan hal sangat baru untuk masyarakat Papua. Selama ini, dana diterima oleh suami sebagai kepala keluarga, atau kepala kampung. Ini budaya baru buat Papua. Maka tidak heran kalau di awal pelaksanaan program BANGGA Papua, protes berdatangan dari kelompok bapak dan kepala kampung. Upaya memberikan pemahaman kepada bapak-bapak ini dilakukan melalui kerjasama dengan dukungan tokoh adat, gereja, kader-kader posyandu, bidan puskesmas dan mitra pendukung lain di kabupaten.

Bagikan:
Categories
Artikel

Data BANGGA Papua Untuk Semua

Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi dasar penyerahan dana BANGGA Papua. NIK ini memverifikasi keberadaan penerima manfaat sekaligus menjadi data riil Orang Asli Papua di kabupaten implementasi BANGGA Papua. Bagi Pemerintah Kabupaten Paniai, data ini sangat membantu perencanaan program pembangunan di bidang lain, agar tepat sasaran.

“BANGGA Papua ini memberikan data yang lengkap. Manfaatnya besar untuk orang Paniai. Ke depan, pemerintah (Paniai) juga bisa jeli melihat cara-cara kerja berdasarkan data ini, supaya bantuan pemerintah itu bisa sampai ke bawah tepat sasaran,” kata Meki Nawipa, Bupati Paniai.

BANGGA Papua adalah bentuk penggunaan Dana Otsus yang manfaatnya langsung dirasakan oleh orang asli Papua.

Bagikan: