Categories
Artikel

Mereka Yang Terdampak BANGGA Papua

Matahari mulai terik di sebuah titik di Madi, salah satu kota paling ramai di kabupaten Paniai. Kota kecil ini dipagari bukit di satu sisi dan hamparan tanah lapang yang luas di satu sisi. Udara sejuk khas daerah pegunungan di atas 1.600 mdpl bersatu dengan hangatnya matahari pagi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08:00 WIT lebih. Kegiatan di komplek perkantoran pemerintah sekitar kantor bupati Paniai mulai hidup. Orang berlalu lalang di jalan, beberapa warga berkumpul di depan beberapa kantor yang menggelar layanan untuk warganya.

Di sebuah kantor tepat di samping kantor BKKBD tidak jauh dari kantor bupati Paniai, beberapa orang juga berkumpul. Sebagian besarnya adalah perempuan. Mereka berpakaian rapi, kemeja batik dengan motif Papua. Bertukar sapa dalam bahasa daerah Mee dan Moni, dua suku terbesar di Paniai.

Perempuan-perempuan itu adalah peserta workshop monitoring komunikasi untuk Sekber BANGGA Papua kabupaten Paniai. Mereka datang dari beberapa latar belakang, tapi didominasi oleh kader Posyandu dan bidan Puskesmas. Ada yang datang dari kampung di sekitar Madi dan Enarotali, tapi ada juga yang datang dari distrik Obano, distrik di seberang danau Paniai yang harus ditempuh dengan speed boat melintasi danau yang dingin. Salah satunya adalah Alfrida Pigai, perempuan berambut pendek yang sehari-harinya bertugas sebagai kader Posyandu di distrik Obano.

Suasana pencairan dana di Paniai

Alfrida adalah satu dari 40an peserta workshop hari itu. Dia memang bukan anggota Sekretariat Bersama BANGGA Papua kabupaten Paniai, tapi oleh Sekber Paniai tenaganya sangat dibutuhkan. Alfrida, dan teman-temannya sesama kader Posyandu menjadi garda terdepan yang membantu Sekber Paniai mengumpulkan data calon penerima manfaat BANGGA Papua dan sekaligus mensosialisasikan program tersebut di tingkat kampung.

Sebelumnya, Alfrida sudah pernah mengikuti pelatihan komunikasi yang digelar BaKTI, mitra dari program BANGGA Papua. Pelatihan itu digelar di Madi bulan Mei 2019. Saat itu untuk pertamakalinya, Alfrida dan rekan-rekan kader Posyandu dan tenaga kesehatan di kampung lainnya secara resmi diajak bergabung dengan BANGGA Papua. Menjadi bagian dari program yang punya tujuan meningkatkan dan menjaga gizi anak-anak asli Papua. Tujuan yang sama dengan apa yang mereka kerjakan sehari-hari sebagai tenaga kesehatan.

Dimulai di Jayapura

Sejak Maret 2018, BaKTI yang diserahi mandat untuk mengadakan pelatihan komunikasi di program BANGGA Papua sudah menggelar 18 pelatihan. Baik yang berbentuk workshop maupun training of trainer. Pelatihan ini digelar di tingkat provinsi sampai di tingkat kabupaten, di tiga kabupaten pilot project BANGGA Papua.

Untuk tingkat provinsi, BaKTI sudah menggelar 5 kali pelatihan komunikasi, dimulai dari Maret 2018. Pelatihan pertama digelar tanggal 27-28 Maret bertempat di kantor Sekber BANGGA Papua provinsi Papua dan Hotel Horison. Inilah untuk pertama kalinya anggota Sekber provinsi diperkenalkan pada teknik komunikasi persuasif. Peserta diharapkan tidak hanya memberikan informasi terkait program kepada calon penerima manfaat atau pemangku kebijakan lainnya, tapi sekaligus memberikan pemahaman mendalam tentang program.

Pelatihan di tingkat provinsi itu kemudian dilanjutkan dengan pelatihan yang sama di tiga kabupaten pilot project. Asmat menjadi kabupaten pertama yang menggelar pelatihan komunikasi. Bertempat di Agats, ibukota Asmat pelatihan digelar tanggal 3 sampai 6 April 2018. Selanjutnya pelatihan digelar di Tiom, ibukota Lanny Jaya tanggal 17-19 April 2018. Rangkaian pelatihan ini kemudian berakhir di Paniai tanggal 23-26 April 2018.

Rangkaian pelatihan komunikasi persuasif ini jadi hal baru buat anggota Sekber provinsi maupun ketiga kabupaten. Sebagian dari mereka sebenarnya sudah biasa melakukan sosialisasi program karena mereka sebelumnya juga aktif di program lain. Namun, mereka baru sadar kalau ternyata yang mereka lakukan selama ini baru sekadar memberikan informasi, belum sampai pada tahap memberikan pemahaman soal program.

Suasana pelatihan komunikasi di Jayapura, Maret 2018

“Selama ini saya kira saya sudah biasa melakukan sosialisasi, tapi ternyata setelah ikut pelatihan ini saya jadi merasa dapat ilmu baru,” kata Daryono, anggota Sekber provinsi yang sekaligus juga koordinator wilayah untuk kabupaten Asmat. Staff pada Dinas Sosial ini juga salah satu yang aktif dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Papua. Tidak heran kalau dia merasa dia sudah terbiasa melakukan sosialisasi.

Komentar seperti yang diucapkan oleh pak Daryono juga muncul di tingkat kabupaten. Ketika pelatihan digelar, banyak peserta yang mengaku mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana berkomunikasi dengan menambahkan unsur persuasi. Bukan sekadar memberi informasi. Pelatihan yang digelar di Jayapura dan tiga kabupaten pilot project selama April 2018 hanya awal. Selanjutnya berbagai pelatihan dan pendampingan dalam bentuk workshop maupun diskusi digelar sepanjang 2018 hingga 2019.

Memberdayakan Perempuan Papua.

Sampai September 2019, BaKTI sudah melatih 298 orang dalam 18 pelatihan. Dari jumlah itu, peserta laki-laki sebanyak 175 orang atau 58,72% dari total peserta, dan 123 orang perempuan atau 41,27% total peserta. Perbandingan antara peserta laki-laki dan perempuan memang belum berimbang, namun dari jumlah tersebut bisa dilihat kalau perbedaannya tidak terlalu mencolok.

Awalnya, peserta pelatihan memang lebih banyak laki-laki. Tidak bisa disangkal bila anggota Sekber provinsi maupun kabupaten memang didominasi oleh laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah perempuan yang terlibat dalam program ini semakin bertambah. Apalagi ketika Sekber kabupaten mulai menggandeng mitra lain seperti kader Posyandu, bidan desa maupun petugas kesehatan lainnya. Mereka yang digandeng ini kebanyakan adalah perempuan dan bersentuhan langsung dengan akar rumput atau calon penerima manfaat.

Tren meningkatnya jumlah peserta perempuan ini mulai meningkat di akhir tahun 2018. Utamanya di kabupaten Paniai dan Lanny Jaya. Asmat sendiri dari awal memang punya komposisi peserta perempuan dan laki-laki yang nyaris seimbang, tapi tidak dengan Paniai dan Lanny Jaya. Awalnya, peserta pelatihan komunikasi dari kedua kabupaten itu didominasi laki-laki, namun belakangan jumlah perempuan terus bertambah seiring dengan makin banyaknya mitra yang digandeng oleh Sekber Paniai dan Lanny Jaya.

Paniai akhirnya menjadi kabupaten yang paling banyak menyumbangkan peserta perempuan. Sampai September 2019, sudah ada 42 perempuan dari Paniai yang ikut serta dalam pelatihan komunikasi. Disusul oleh kabupaten Asmat dengan 33 orang perempuan yang sudah pernah ikut pelatihan komunikasi. Lanny Jaya menyumbangkan angka 20 orang perempuan.

Hal lain yang menarik dari data yang dihimpun terkait pelatihan komunikasi yang digelar BaKTI adalah, 74% dari peserta perempuan yang ikut pelatihan berasal dari etnis Papua. Jumlah tersebut tentu saja sangat dominan bila dibandingkan 26% peserta perempuan dari etnis non Papua. Statistik ini sangat menggembirakan, karena ini berarti ada banyak perempuan Papua yang mendapatkan penguatan kapasitas dan penambahan pengetahuan dari berbagai pelatihan yang digelar BaKTI.

Pelayanan kesehatan di Asmat saat pencairan dana

“Kami senang sekali ikut pelatihan seperti ini. Kami yang tinggal di pedalaman seperti ini senang sekali karena ibu-bapak mau datang ke tempat kami dan melatih kami,” kata Peli Manimbo, seorang kader Posyandu dari Lanny Jaya yang juga peserta pelatihan komunikasi di Lanny Jaya, Juli 2019.

Ucapan itu sebagai tanda syukur bahwa meskipun mereka tinggal di daerah yang susah dijangkau, namun mereka tetap mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan. Ilmu yang mereka dapat bukan hanya digunakan untuk program BANGGA Papua saja, tapi juga bisa mereka gunakan untuk mendukung pekerjaan mereka sehari-hari.

Hal tersebut dibenarkan oleh Eli Yogi, ketua Sekber Paniai. “Apa yang teman-teman dapat dari semua pelatihan yang sudah dilakukan, bisa dipakai di mana saja. Bukan cuma di program BANGGA Papua,” katanya. Eli Yogi termasuk salah satu orang yang sangat bersemangat mendukung semua pelatihan yang digelar mitra program BANGGA Papua. Dia sadar betul, semua peningkatan kapasitas itu memberi banyak pengetahuan baru untuk orang-orang Sekber dan meningkatkan kualitas mereka.

“Saya melihat betul, bagaimana teman-teman yang Orang Asli Papua ini meningkat pengetahuan dan kualitasnya setelah mengikuti pelatihan,” tambahnya lagi.

Jumlah 18 pelatihan yang sudah digelar BaKTI atas dukungan KOMPAK memang masih akan terus bertambah. Sejauh ini beberapa pihak sudah memberikan tanggapan positif atas hasil pelatihan tersebut. Ada peningkatan kapasitas yang terlihat nyata, dan ada juga pola pikir yang berubah. Mengutip perkataan Eli Yogi, bisa disimpulkan kalau BANGGA Papua bukan hanya memberi pengaruh pada ibu dan anak-anak di bawah empat tahun yang jadi sasaran program, tapi juga pada pelaksana program. Setidaknya mereka bisa merasakan ada kualitas yang terus meningkat, dan ada kapasitas dan pengetahuan yang terus bertambah.

Bagikan:
Categories
Artikel

Memampukan Perempuan Papua Melalui BANGGA Papua

Puluhan ibu-ibu duduk dengan rapi di teras gereja, tidak jauh dari dermaga di mulut kampung Nakai, Distrik Pulau Tiga, Kabupaten Asmat. Sebagian besar dari mereka datang dengan anak-anak yang masih kecil, berusia empat tahun atau lebih muda. Beberapa di antaranya masih bayi, beberapa lainnya sudah bisa berlarian ke sana-ke mari. Suasana siang yang basah oleh hujan itu terasa ramai. Suara anak-anak yang bermain bersahutan dengan suara bayi yang menangis. Sesekali ibu-ibu itu menenangkan anaknya, lalu kembali duduk dengan rapi menunggu saat dipanggil.

Selasa 8 Oktober 2019 adalah hari pertama pelayanan pencairan dana BANGGA Papua di Distrik Pulau Tiga, salah satu titik pembayaran (payment point) yang dibuka untuk melayani warga di tujuh kampung di dalam distrik Pulau Tiga.  Sejak pagi, penerima manfaat sudah memadati halaman gereja yang dijadikan tempat pelayanan pencairan dana. Tujuh orang anggota Sekretariat Bersama (Sekber) Kabupaten  Asmat sudah siap di belakang meja dengan tugas mereka masing-masing. Dua orang dari Bank Papua juga sudah siap melayani penerima manfaat. Pencairan ini adalah pencairan pertama di tahun 2019, dan rencananya di tahun 2019, akan ada dua kali pencairan dana. Khusus untuk titik pembayaran Distrik Pulau Tiga, akan ada 396 penerima manfaat dari tujuh kampung yang akan dilayani.

Edukasi tentang gizi dan kesehatan untuk ibu-ibu penerima manfaat

Satu per satu ibu-ibu penerima manfaat itu dipanggil ke bagian dalam gereja. Mereka dibagi per kampung sehingga lebih rapi dan teratur. Setiap ibu yang datang rata-rata membawa satu map plastik berisi dokumen kependudukan. Di dalamnya sudah ada KTP, kartu keluarga, dan bahkan akta kelahiran anak. Bagi penerima manfaat lama, mereka juga datang dengan buku tabungan yang sudah diterimanya sejak pencairan dana tahun 2018 lalu.

Kelengkapan administrasi yang mereka punya itu sangat membantu melancarkan proses verifikasi data. Anggota Sekber tidak butuh waktu lama untuk memeriksa dan memverifikasi data ibu penerima manfaat. Toh, mereka sudah memegang KTP, KK dan akta kelahiran yang semua datanya sama.

Perempuan berperan penting dalam program BANGGA Papua. Ibu atau wali dari anak penerima manfaat menjadi pemegang dan pengelola dana yang diterima dari BANGGA Papua.

Setelah melalui pendataan, verifikasi data dan lolos verifikasi, maka nama ibu atau wali anak terdaftar secara resmi sebagai penerima manfaat, dalam surat keputusan yang ditandatangani Gubernur Papua. Selanjutnya, dana BANGGA Papua ditransfer dari provinsi melalui Bank Papua, langsung ke rekening bank ibu atau wali anak. Proses ini tidak sederhana karena umumnya ibu atau wali anak belum pernah bersentuhan dengan lembaga keuangan sehingga mereka tidak memiliki rekening bank. Melalui kerjasama dengan Bank Papua, maka Sekber Kabupaten memfasilitasi ibu atau wali penerima manfaat untuk membuka rekening di Bank Papua.

Penimbangan anak saat pencairan dana di Paniai

Program BANGGA Papua menilai bahwa ibu atau wali anak penerima manfaat adalah orang yang paling tahu tentang kebutuhan anak-anaknya, termasuk kebutuhan untuk peningkatan gizi dan kesehatan anak. Karena itulah dana BANGGA Papua dipercayakan kepada ibu atau wali anak.

Cara ini memampukan perempuan Papua untuk ikut mengelola keuangan keluarga dan bertindak sebagai pengambil keputusan dalam keluarga, terutama untuk memastikan tersedianya kebutuhan gizi dan kesehatan untuk anak-anaknya. Perempuan, dalam BANGGA Papua, disejajarkan kedudukannya dengan suami mereka sehingga bisa ikut mengatur hal-hal yang mendukung kesejahteraan keluarganya.

Itu sebabnya, edukasi tentang penggunaan dana yang benar juga harus diberikan kepada ibu atau wali anak. Seperti yang nampak pada Selasa, 8 Oktober itu, di halaman depan gereja, empat orang perempuan berseragam putih sibuk menemani ibu-ibu atau wali anak penerima manfaat yang baru saja menerima dana BANGGA Papua.

Pemberian obat anti kaki gajah kepada ibu-ibu penerima manfaat

Perempuan berseragam putih itu adalah petugas kesehatan dari Puskesmas Nakai. Mereka mengingatkan ibu-ibu dan wali anak penerima manfaat, tentang pentingnya gizi bagi anak, sekaligus mengingatkan apa saja yang bisa dilakukan untuk menjaga gizi dan kesehatan anak. Mereka juga memastikan bahwa ibu atau wali anak penerima manfaat masih ingat tentang jenis barang apa saja yang tidak boleh dibeli dengan menggunakan dana BANGGA Papua.

Ibu penerima manfaat pun punya kesempatan belajar untuk menabung. Pelaksana program selalu mengingatkan bahwa dana dari BANGGA Papua tidak harus diambil sekaligus. Dana dapat disimpan untuk keperluan mendesak di kemudian hari seperti misalnya, bila anak sakit dan harus ke puskesmas atau rumah sakit.

Karena BANGGA Papua, akses perempuan Papua ke lembaga perbankan juga menjadi terbuka. Seperti diungkapkan oleh seorang ibu di Paniai bahwa selama ini dia tidak pernah tahu tentang Bank Papua, padahal dia melewati gedung Bank Papua setiap hari. Dan sekarang dia bukan hanya bisa masuk ke dalam gedung Bank Papua dan menjadi nasabahnya, tetapi dia juga bisa belajar cara membuka rekening, mengambil uang dan menabung.

Mengukur tinggi anak untuk mendeteksi stunting

Pendekatan memampukan perempuan ini bukannya tanpa tantangan. Pemberian dana kepada ibu merupakan hal sangat baru untuk masyarakat Papua. Selama ini, dana diterima oleh suami sebagai kepala keluarga, atau kepala kampung. Ini budaya baru buat Papua. Maka tidak heran kalau di awal pelaksanaan program BANGGA Papua, protes berdatangan dari kelompok bapak dan kepala kampung. Upaya memberikan pemahaman kepada bapak-bapak ini dilakukan melalui kerjasama dengan dukungan tokoh adat, gereja, kader-kader posyandu, bidan puskesmas dan mitra pendukung lain di kabupaten.

Bagikan:
Categories
Artikel

BANGGA Papua Memberdayakan Perempuan Papua

Perempuan, bukanlah aktor penting dalam budaya patriarki yang kuat. BANGGA Papua hadir dengan cara berbeda. Dana ditransfer langsung ke rekening ibu/wali dari anak penerima manfaat, agar mereka bisa ikut mengatur keuangan keluarga, untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan dan gizi anak mereka.

Seperti kata Bupati Asmat, Elisa Kambu, pembangunan sumber daya manusia itu harus dimulai dari rumah dengan ibu sebagai ujung tombaknya karena ibulah yang paling tahu kebutuhan anak-anak mereka. Pernyataan Elisa ini mendukung visi Pemprov Papua yang sedang membangun Generasi Emas Papua.

Bagikan:
Categories
Artikel

Ada Lanny Jaya Sejahtera, Ada BANGGA Papua

Di Kabupaten Lanny Jaya ada program Lanny Jaya Sejahtera yang menyasar perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM) Lanny Jaya. Pemprov Papua menginisiasi program BANGGA Papua yang diuji coba sejak awal 2018 di Lanny Jaya, Asmat dan Paniai. Program ini pun menyasar peningkatan kualitas SDM orang asli Papua, melalui peningkatan gizi dan kesehatan anak. “Sinergi kedua program ini, memberi manfaat yang luar biasa untuk masyarakat Lanny Jaya,” jelas Wakil Bupati Lanny Jaya, Yemis Kogoya.

BANGGA Papua adalah bentuk penggunaan Dana Otsus yang manfaatnya langsung dirasakan oleh orang asli Papua.

Bagikan:
Categories
Artikel

Supaya Anak Sehat, Mama Juga Harus Sehat

Kalau mau anak sehat, mama harus sehat dulu. Ibu hamil juga begitu. Harus jaga kesehatan supaya anak yang dikandungnya nanti lahir sehat. Inilah salah satu tujuan dari program BANGGA Papua yaitu menjaga kesehatan ibu dan anak, demi terbangunnya sumber daya manusia terbaik untuk Papua.

Kalau kita sehat, virus corona juga tidak bisa masuk.

Satgas Covid-19 (nama virus corona) di tiga kabupaten ujicoba program BANGGA Papua (Kab. Asmat, Paniai, dan Lanny Jaya) terus berupaya meredam penyebaran virus dengan berbagai cara. 

Masyarakat diminta untuk tetap tinggal di rumah, tidak keluar bila tidak mendesak. Bila terpaksa keluar rumah, pakailah masker, sambil menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Jagalah kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi, menjaga kebersihan rumah dan selalu mencuci tangan dengan sabun di air mengalir selama 20 detik.

Ayo lakukan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). Sekber BANGGA Papua juga menyampaikan pesan PHBS ini kepada penerima manfaat program saat kegiatan pencairan dana.

BANGGA Papua adalah program perlindungan sosial untuk orang asli Papua, yang didanai oleh Dana Otsus Papua.

Bagikan:
Categories
Artikel

Memperkenalkan Layanan Perbankan

Kolaborasi Pemprov Papua dan Bank Papua berhasil meningkatkan akses masyarakat ke bank. Infografik terlampir menjelaskan peningkatan akses masyarakat ke bank dari tahun 2017 (sebelum program BANGGA Papua dilaksanakan) dan 2019. Program BANGGA Papua mulai diimplementasikan di tahun 2018. Data selanjutnya dari Bank Papua juga menunjukkan, BANGGA Papua berkontribusi besar dalam meningkatkan akses masyarakat ke bank.

Dana BANGGA Papua ditransfer langsung ke rekening ibu/wali penerima manfaat di #bankpapua. Mama-mama sekarang punya akses ke bank. Kalau dulu, mereka tidak tahu apa itu bank. Seorang mama di Paniai bahkan bilang, “Saya tiap hari lewat ini gedung. Tapi saya tidak tahu gedung apa. Sekarang saya tahu ini Bank Papua.”

Mama-mama sekarang bisa belajar menabung dan merencanakan keuangan keluarga. Saat pencairan dana BANGGA Papua, mereka dianjurkan untuk tidak menarik semua dana tetapi menyimpan sejumlah uang di bank untuk digunakan bila ada keperluan anak yang mendesak di kemudian hari. Kalau anak sakit dan butuh pengobatan, dana ini bisa dipakai.

Inilah salah satu cara pemanfaatan Dana Otsus Papua yang langsung dirasakan oleh masyarakat.

Bagikan:
Categories
Artikel

Mendekatkan Layanan Kesehatan

Ratusan anak dan ibu/wali penerima manfaat berkumpul saat pencairan dana program BANGGA Papua. Mereka datang dari kampung yang jauh dan seringkali sulit dijangkau. Ini adalah momen emas yang langsung dimanfaatkan oleh tenaga-tenaga kesehatan untuk memberikan layanan kesehatan. Anak-anak diperiksa kesehatannya, diberikan #imunisasi, ditimbang berat badannya dan diukur tingginya untuk mencegah #stunting.

“Biasanya kita susah ketemu mereka (mama-mama dan anak balita) karena mereka sering ke hutan. Mumpung mereka berkumpul di waktu pencairan dana BANGGA Papua, sekalian saja kita adakan layanan kesehatan,” ujar Matea Yyongarut, Petugas Puskesmas Kecamatan Pulau Tiga, Kabupaten Asmat.

Sejak program dimulai, Sekber (sekretariat bersama) Kabupaten Asmat memang berkolaborasi dengan multipihak. Selain lembaga pemerintah lintas sektor, tokoh agama dan tokoh adat, tenaga kesehatan seperti kader posyandu, bidan puskesmas, kepala puskesmas dan lain-lain, dilibatkan secara aktif dalam sosialisasi program, pendataan penerima manfaat dan kegiatan pencairan dana. Dalam kegiatan pencairan dana inilah mereka memberikan edukasi tentang pentingnya gizi dan kesehatan anak serta memotivasi ibu agar menggunakan dana yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan anak-anaknya.

Inilah salah satu cara pemanfaatan Dana Otsus Papua yang langsung dirasakan oleh masyarakat.

Bagikan:
Categories
Artikel

Pencairan Dana Tahap 1 dan 2 Tahun 2019

Melanjutkan pencairan dana BANGGA Papua tahun 2018, di tahun 2019 Sekber Provinsi Papua dan Sekber tiga kabupaten uji coba bekerjasama dengan Bank Papua kembali mengadakan pencairan dana tahun 2019 dalam dua tahap.

Total Dana yang ditransfer ke Rekening Penerima Manfaat tahap pertama (periode Januari-Juni) dilakukan untuk 28.409 anak usia 4 tahun ke bawah, 20.742 ibu dan wali dengan total dana sebesar Rp.31.696.400.000 untuk tiga kabupaten (Asmat, Lanny Jaya, dan Paniai). Sedangkan untuk tahap kedua (Juli-Desember), ada 31.917 anak usia 4 tahun ke bawah, 23.425 ibu/wali dan total dana sebesar Rp. 41.527.400.000,- untuk tiga kabupaten uji coba.

Asmat menggelar pencairan dana tahap 1 di 10 titik pembayaran sejak bulan Oktober 2019. Lanny Jaya melakukan pencairan dana di 2 titik pembayaran sejak bulan Desember 2019, dan Paniai melakukan pencairan dana di 6 titik pembayaran mulai bulan November 2019.

Untuk pencairan dana tahap kedua, Lanny Jaya memulai duluan di bulan Januari 2020 di 2 titik pembayaran. Asmat menyusul kemudian di bulan Februari 2020 tetap di 10 titik pencairan dana. Paniai merupakan kabupaten terakhir yang menggelar pencairan dana tahap kedua. Rencananya Paniai baru akan melakukan pencairan dana di bulan Maret 2020.

Bagikan:
Categories
Artikel

Memperbaiki Data Kependudukan OAP

Masih banyak penduduk asli Papua yang belum memiliki NIK. Masih banyak juga anak-anak asli Papua yang belum memiliki akte lahir. Tetapi karena mau menjadi penerima manfaat #BANGGAPapua, mereka akhirnya mengurus dan melengkapi dokumen kependudukan itu.

Punya NIK menjadi syarat utama menjadi penerima manfaat BANGGA Papua. Tanpa NIK, mereka tidak bisa menerima dana. NIK dibutuhkan untuk validasi kelayakan penerima manfaat. NIK juga dibutuhkan untuk membuka rekening bank ibu/wali penerima manfaat karena dana ditransfer langsung ke rekening ibu/wali.

Urusan punya NIK ini memang tidak mudah. Tetapi Sekber Kabupaten Lanny Jaya, Asmat dan Paniai bekerja keras bersama dengan Dinas Dukcapil untuk memastikan, semua penerima manfaat punya NIK.

Pada akhirnya, salah satu dampak positif BANGGA Papua adalah pencatatan data kependudukan yang lebih baik, khususnya untuk orang asli Papua.

Bagikan:
Categories
Artikel

Dana Diberikan, Pengetahuan Ditransfer

Sosialisasi saat pencairan dana

BANGGA Papua tidak hanya memberi dana tapi juga pengetahuan, agar penerima manfaat paham ttg pentingnya gizi utk anak-anak mereka. Maka diharapkan, penerima manfaat menggunakan dana yang diberikan secara benar yaitu untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan anak-anak mereka yang berusia 4 tahun ke bawah.

Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa dana 200 ribu yang disediakan, bukanlah tujuan utama program. 200 ribu mungkin tidak cukup. Dana ini utk menyemangati dan mendorong orangtua agar mau memprioritaskan pemenuhan kebutuhan anak-anaknya.

Edukasi pemanfaatan dana membutuhkan kerja keras dan dukungan banyak pihak. Sekber Kabupaten dilatih. Mitra pendukung di kabupaten seperti tokoh agama, tokoh adat, bidan puskesmas/desa, kader posyandu, tenaga kesehatan lainnya dan anggota TP-PKK juga dilatih, dan dilibatkan dalam edukasi pemanfaatan dana ini. Ini memang kerja panjang, tetapi tetap harus dimulai dari sekarang, demi masa depan anak-anak Papua yang lebih baik. Demi Papua yang lebih sejahtera.

Bagikan: